Protokol kegawatdaruratan stroke iskemik

Protokol Kegawatdaruratan Stroke Iskemik

Pendahuluan

Stroke iskemik merupakan kondisi medis yang terjadi ketika aliran darah ke otak terhenti atau terganggu, biasanya karena adanya sumbatan pada pembuluh darah. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Oleh karena itu, penanganan yang cepat dan tepat sangat diperlukan untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan. Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai protokol kegawatdaruratan stroke iskemik, langkah-langkah yang harus diambil di fasilitas kesehatan, serta penanganan lanjutan yang diperlukan untuk pasien stroke.

Tanda dan Gejala Stroke Iskemik

Sebelum masuk ke dalam protokol penanganan, penting untuk mengenali tanda dan gejala stroke iskemik. Beberapa tanda yang umum meliputi:

1. Kelemahan mendadak pada wajah, lengan, atau kaki , terutama pada satu sisi tubuh.
2. Kebingungan mendadak , kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan.
3. Masalah penglihatan pada satu atau kedua mata .
4. Kesulitan berjalan , pusing, kehilangan keseimbangan atau koordinasi.
5. Sakit kepala hebat dengan tidak mengetahui penyebabnya.

Identifikasi yang cepat adalah kunci utama dalam menangani stroke iskemik. Salah satu metode yang banyak digunakan untuk mendeteksi stroke adalah dengan menggunakan FAST (Face, Arms, Speech, Time) yang berarti Wajah, Tangan, Bicara, dan Waktu.

Respon Awal dan Protokol Penanganan

1. Aktivasi Layanan Darurat

Ketika seseorang menunjukkan tanda-tanda stroke, langkah pertama yang harus diambil adalah menghubungi layanan darurat (misalnya, 112 atau 119) secepat mungkin. Waktu adalah faktor kritis dalam penanganan stroke, dan layanan darurat harus diberitahu bahwa pasien kemungkinan mengalami stroke.

2. Penilaian Pra-RS

Paramedis yang tiba di lokasi harus segera melakukan penilaian awal menggunakan skala penilaian prahospital stroke seperti CPSS (Cincinnati Prehospital Stroke Scale) atau LAPSS (Los Angeles Prehospital Stroke Screen). Penilaian ini mencakup pemeriksaan terhadap fungsi wajah, lengan, dan kemampuan bicara. Segera setelah stroke dicurigai, pasien harus diberikan oksigen jika saturasi O2 <94% dan dipindahkan ke fasilitas medis yang mampu menangani stroke dengan cepat dan efisien.

READ  Gejala dan pengobatan untuk spondilitis ankilosa
3. Penilaian di Unit Gawat Darurat (UGD) Setibanya di UGD, tim medis harus segera mengevaluasi pasien. Waktu adalah otak, karena semakin lambat penanganan diberikan, semakin besar kerusakan yang terjadi pada otak akibat iskemia. Protokol yang harus diikuti meliputi: - Pengukuran tanda vital (tekanan darah, denyut jantung, frekuensi nafas, saturasi oksigen). - Pemeriksaan neurologis menggunakan skala klinis yang dikenal seperti NIHSS (National Institutes of Health Stroke Scale). - Pengambilan riwayat medis termasuk faktor risiko yang ada seperti hipertensi, diabetes, dislipidemia, riwayat penyakit jantung, dan penggunaan obat-obatan tertentu. - Tes darah dalam rangka menilai fungsi koagulasi, kadar glukosa darah, dan parameter lainnya yang relevan. 4. Imaging Otak Langkah penting berikutnya adalah melakukan imaging otak untuk menentukan jenis stroke dan area yang terkena. Imbasan CT (Computed Tomography) non kontras merupakan pilihan pertama karena dapat dilakukan dengan cepat dan efektif dalam mendeteksi perdarahan intraserebral. Jika hasil CT negatif terhadap perdarahan, maka diagnosis menuju stroke iskemik menjadi lebih mungkin. 5. Terapi Trombolisis/Intravena Alteplase Jika stroke iskemik dikonfirmasi dan pasien memenuhi kriteria waktu (umumnya dalam jangka waktu 4,5 jam dari onset gejala), terapi trombolisis dengan alteplase intravena (tPA - tissue Plasminogen Activator) harus dipertimbangkan. Alteplase bekerja dengan melarutkan bekuan darah sehingga aliran darah ke otak kembali pulih. Namun, terdapat kontraindikasi untuk penggunaan tPA seperti: - Pasien dengan risiko perdarahan tinggi. - Riwayat perdarahan otak sebelumnya. - Tekanan darah yang sangat tinggi yang tidak bisa diatur. Dokter harus melakukan evaluasi menyeluruh terhadap risiko dan manfaat sebelum memutuskan untuk memberikan terapi ini. 6. Terapi Endovaskular Pada kasus-kasus tertentu, terutama stroke iskemik yang disebabkan oleh obstruksi besar, prosedur endovaskular seperti thrombectomy mekanik dapat dilakukan. Ini melibatkan masuknya alat ke arteri untuk secara fisik menghilangkan bekuan darah. Prosedur ini biasanya dilakukan jika trombolisis intravena tidak efektif atau tidak memenuhi kriteria waktu.
READ  Kapan waktu yang tepat untuk tes kehamilan
Perawatan Lanjutan di Rumah Sakit 1. Pemantauan Intensif Pasien yang telah menerima terapi trombolisis atau endovaskular harus ditempatkan di unit perawatan intensif strok. Pemantauan ketat terhadap tanda vital dan pemeriksaan neurologis berkala adalah penting untuk mendeteksi perubahan status klinis. 2. Kontrol Faktor Risiko Pengendalian faktor risiko seperti hipertensi, hiperglikemia, dan hiperkapnia sangat penting. Obat-obatan antihipertensi, insulin untuk kontrol glukosa, serta terapi oksigen dapat digunakan. 3. Rehabilitasi Dini Rehabilitasi yang dimulai sejak dini dapat membantu pemulihan lebih baik dan mengurangi tingkat kecacatan jangka panjang. Ini bisa melibatkan fisioterapi, terapi wicara, dan terapi okupasi sesuai dengan kebutuhan pasien. Penutup Protokol kegawatdaruratan stroke iskemik membutuhkan koordinasi yang baik antara berbagai disiplin ilmu dan pengetahuan yang mendalam mengenai patofisiologi stroke. Penanganan yang cepat dan tepat waktu merupakan kunci utama dalam mengurangi mortalitas dan morbiditas pada pasien stroke iskemik. Edukasi kepada masyarakat mengenai tanda dan gejala stroke serta pentingnya segera mendapatkan bantuan medis juga merupakan faktor penting dalam meningkatkan hasil pengobatan stroke di populasi umum. Dengan protokol yang benar dan edukasi yang baik, diharapkan angka kejadian stroke iskemik dan dampak negatifnya dapat diminimalisir.

Tinggalkan komentar