Mitos dan Fakta tentang Gangguan Kepribadian Ganda
Gangguan Kepribadian Ganda, atau yang secara medis dikenal sebagai Dissociative Identity Disorder (DID), telah lama menjadi topik yang penuh dengan misteri dan mitos. Sejak pertama kali dideskripsikan pada abad ke-19, gangguan ini telah memicu minat dan spekulasi, bukan hanya di kalangan profesional medis, tetapi juga di kalangan masyarakat luas. Sayangnya, banyak informasi yang beredar di kalangan masyarakat sering kali mengaburkan kenyataan tentang DID. Artikel ini akan menguraikan beberapa mitos umum dan membandingkannya dengan fakta medis yang akurat.
Mitos 1: Gangguan Kepribadian Ganda adalah Bentuk dari Skizofrenia
Fakta: Ini adalah salah satu kesalahpahaman paling umum. Gangguan Kepribadian Ganda dan Skizofrenia adalah dua kondisi yang sangat berbeda. Skizofrenia adalah gangguan mental kronis yang mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku. Orang dengan Skizofrenia mungkin mengalami halusinasi (melihat atau mendengar hal-hal yang tidak ada) dan delusi (keyakinan yang salah), tetapi mereka tidak memiliki identitas yang terpisah seperti yang ditemukan pada DID. DID, di sisi lain, melibatkan lebih dari satu identitas atau kepribadian yang berbeda yang secara bergantian mengendalikan perilaku seseorang.
Mitos 2: Orang dengan Gangguan Kepribadian Ganda Selalu Tahu Mereka Memiliki Kondisi Ini
Fakta: Salah satu ciri utama DID adalah adanya periode amnesia atau hilangnya ingatan. Individu dengan DID sering kali tidak menyadari keberadaan identitas alternatif mereka. Beberapa mungkin hanya menyadari mereka memiliki jangka waktu yang hilang atau mengalami pergeseran kepribadian ketika diberitahu oleh orang lain. Identitas yang berbeda dalam satu individu mungkin memiliki ingatan, sikap, dan cara berpikir yang unik, sehingga menyebabkan kebingungan dan ketidaksadaran akan keadaan mereka yang sebenarnya.
Mitos 3: Gangguan Kepribadian Ganda Sangat Jarang Terjadi
Fakta: DID memang relatif jarang jika dibandingkan dengan gangguan lain seperti depresi atau kecemasan, tetapi bukan tidak ada. Diperkirakan bahwa sekitar 1-3% dari populasi umum mengalami bentuk gangguan disosiatif, dan dari jumlah itu, DID merupakan bagian kecilnya. Underdiagnosis sering terjadi karena gejalanya yang kompleks dan seringkali tersembunyi.
Mitos 4: Orang dengan DID Berbahaya dan Agresif
Fakta: Gambaran ini sering diangkat dalam film dan media, tetapi tidak berdasarkan kenyataan. Mayoritas individu dengan DID tidak lebih agresif atau berbahaya dibandingkan dengan populasi umum. Justru, banyak dari mereka menderita akibat trauma berat yang menyebabkan kondisi mereka. Perawatan yang tepat dan dukungan bisa membantu mereka menjalani kehidupan yang lebih stabil dan produktif.
Mitos 5: Gangguan Kepribadian Ganda Dapat Disembuhkan dengan Cepat Melalui Terapi
Fakta: Mengatasi DID adalah proses yang panjang dan kompleks. Terapi untuk DID biasanya meliputi pendekatan jangka panjang dan multidisiplin. Pendekatan terapi kognitif-behavioral, terapi psikodinamik, dan terapi berbasis trauma sering digunakan. Tujuannya adalah untuk membantu individu mengenali dan memelihara identitas mereka, serta mengintegrasikan mereka ke dalam satu kesatuan. Proses ini memerlukan waktu dan kesabaran, serta adanya terapis yang berpengalaman dan lingkungan yang mendukung.
Mitos 6: Setiap Orang dengan Gangguan Kepribadian Ganda Memiliki Banyak Identitas
Fakta: Tidak semua individu dengan DID memiliki banyak identitas. Bahkan, jumlah identitas yang berbeda bisa sangat bervariasi. Beberapa individu hanya memiliki dua atau tiga identitas, sementara yang lain mungkin memiliki puluhan. Setiap kasus DID unik, dan jumlah serta sifat dari identitas bisa berbeda secara signifikan antara satu individu dengan individu lainnya.
Mitos 7: Gangguan Kepribadian Ganda adalah Bentuk Pelarian dari Kenyataan
Fakta: DID tidak terjadi karena seseorang sengaja berusaha melarikan diri dari kenyataan. Biasanya, gangguan ini berkembang sebagai mekanisme pertahanan terhadap trauma yang sangat besar, terutama pada masa kanak-kanak. Trauma berat, seperti pelecehan fisik, seksual, atau emosional yang berulang, seringkali berkontribusi pada perkembangan gangguan ini. Pemisahan identitas adalah cara untuk mengatasi rasa sakit emosional yang tak tertahankan, bukan bentuk pelarian yang disengaja.
Mitos 8: Identitas yang Berbeda dalam DID Saling Bertentangan Satu Sama Lain
Fakta: Identitas dalam DID tidak selalu berada dalam konflik. Beberapa mungkin memiliki hubungan yang cooperative atau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama. Meskipun demikian, ada juga kasus di mana identitas tersebut berada dalam konflik, terutama jika identitas yang berbeda memiliki ingatan atau sikap yang saling bertentangan.
Mitos 9: Pengobatan untuk DID Hanya Berfokus pada Penyatuan Identitas
Fakta: Meski penyatuan identitas (integrasi) sering menjadi salah satu tujuan dalam pengobatan DID, tujuan lain yang juga sangat penting adalah membantu individu mencapai stabilitas emosional dan kemampuan untuk menjalani hidup sehari-hari dengan efektif. Terapi juga mencakup penanganan trauma yang mendasari dan memperkuat kemampuan individu untuk berfungsi dengan baik dalam kehidupan mereka.
Mitos 10: Gangguan Kepribadian Ganda Hanya Mempengaruhi Wanita
Fakta: Meskipun studi menunjukkan bahwa DID lebih sering didiagnosis pada wanita, gangguan ini tidak eksklusif bagi satu gender saja. Pria juga bisa mengalami DID. Salah satu alasan mungkin wanita lebih cenderung mencari bantuan psikologis dan oleh karena itu lebih sering didiagnosis, sementara pria mungkin mengalami stigma yang lebih besar dalam mengakui atau mencari bantuan untuk gangguan mental mereka.
Dalam kesimpulan, penting bagi kita untuk memahami perbedaan antara mitos dan fakta mengenai Gangguan Kepribadian Ganda untuk memberikan dukungan yang tepat dan penuh empati kepada mereka yang mengalami kondisi ini. DID adalah gangguan yang kompleks yang memerlukan pendekatan medis dan psikologis yang tepat serta dukungan jangka panjang dari lingkungan sosial dan keluarga. Menyebarkan informasi yang akurat dan membangun kesadaran adalah langkah penting dalam menghilangkan stigma dan membantu individu dengan DID mendapatkan perawatan yang layak dan pemahaman yang lebih baik dari masyarakat luas.