Asuhan kebidanan pada kasus pendarahan antepartum

Asuhan Kebidanan pada Kasus Pendarahan Antepartum

Pendarahan antepartum adalah salah satu kondisi medis serius yang terjadi selama kehamilan dan memerlukan perhatian medis segera. Pendarahan antepartum mengacu pada perdarahan dari jalan lahir yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu dan sebelum kelahiran janin. Kondisi ini dapat membahayakan baik ibu maupun janin jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Artikel ini akan mengulas mengenai pendarahan antepartum, penyebabnya, penilaian dan diagnosanya, serta asuhan kebidanan yang diperlukan untuk menangani kasus ini.

Penyebab Pendarahan Antepartum

Ada beberapa penyebab utama pendarahan antepartum yang perlu diketahui oleh tenaga kesehatan, terutama bidan dan dokter yang terlibat dalam perawatan prenatal. Penyebab utama pendarahan antepartum meliputi:

1. Plasenta Previa : Suatu kondisi dimana plasenta menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang dapat menyebabkan perdarahan pada kehamilan lanjut.

2. Solusio Plasenta : Terlepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum kelahiran bayi sehingga menyebabkan perdarahan hebat yang bisa mengancam nyawa ibu dan janin.

3. Ruptur Uteri : Pecahnya dinding rahim yang dapat terjadi pada persalinan atau pada kehamilan lanjut, terutama pada ibu dengan riwayat operasi caesar.

4. Vasa Previa : Suatu kondisi di mana pembuluh darah janin melintasi atau berada sangat dekat dengan jalan lahir, yang bisa pecah saat kantung ketuban pecah.

5. Cervicitis dan Polip Serviks : Radang atau pertumbuhan polip pada leher rahim yang bisa menyebabkan perdarahan.

6. Trauma pada Perut : Benturan atau trauma pada area perut yang bisa menyebabkan pendarahan.

Penilaian dan Diagnosis

Penilaian yang cepat dan tepat sangat penting dalam menangani kasus pendarahan antepartum. Berikut langkah-langkah penilaian dan diagnosis yang harus dilakukan oleh tenaga medis:

READ  Etika profesional dalam kebidanan

1. Anamnesis dan Riwayat Kesehatan :
– Mengidentifikasi gejala dan tanda-tanda perdarahan.
– Menanyakan riwayat obstetris sebelumnya, termasuk riwayat pendarahan pada kehamilan sebelumnya.
– Memastikan tidak adanya trauma atau kondisi medis yang mendasari.

2. Pemeriksaan Fisik :
– Mengukur tanda-tanda vital ibu (denyu, tekanan darah, status pernapasan).
– Menilai kondisi umum ibu, termasuk tanda-tanda syok.
– Melakukan pemeriksaan bagian perut untuk mengidentifikasi nyeri, kontraksi rahim, dan keterlibatan gerakan janin.

3. Pemeriksaan Keluaran :
– Memantau jumlah dan karakteristik pendarahan (warna, konsistensi, volume).

4. Ultrasonografi (USG) :
– Melakukan USG untuk mengevaluasi posisi plasenta dan kondisi janin.
– Memastikan adanya plasenta previa, solusio plasenta, atau kondisi lainnya.

5. Pemeriksaan Laboratorium :
– Mengukur kadar hemoglobin dan hematokrit untuk menilai tingkat anemia.
– Pemeriksaan koagulasi darah untuk menilai fungsi hemostasis ibu.
– Cross-matching darah untuk kesiapan transfusi darah jika diperlukan.

Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan pada kasus pendarahan antepartum harus dilakukan secara komprehensif dan berbasis evidence-based practice untuk mengurangi risiko komplikasi dan meningkatnya outcome bagi ibu dan janin. Berikut adalah tahapan asuhan kebidanan yang perlu dilakukan:

1. Stabilisasi Kondisi Ibu :
– Pastikan akses jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi (ABCDE).
– Mulai infus cairan intravena untuk mempertahankan volume darah.
– Hindari pemeriksaan vaginal yang intensif sebelum mengetahui penyebab pendarahan.

2. Monitoring Berlanjut :
– Lakukan pemantauan terus-menerus terhadap tanda vital ibu (tekanan darah, denyut nadi, dan respirasi).
– Pantau tanda-tanda syok dan segera tangani jika ditemukan.
– Lakukan monitoring janin dengan kardiotokografi (CTG) untuk menilai kesejahteraan janin.

3. Intervensi Berdasarkan Penyebab :
– Plasenta Previa : Jika ditemukan plasenta previa, tindakan yang dilakukan tergantung pada usia kehamilan dan keparahan perdarahan. Pada kehamilan cukup bulan, tindakan sectio caesarea mungkin diperlukan. Saat kehamilan belum cukup bulan, ibu harus dirawat dan diawasi ketat.
– Solusio Plasenta : Kondisi ini memerlukan kelahiran segera, terutama jika terjadi solusio yang berat. Lakukan persiapan untuk sectio caesarea bila diperlukan.
– Ruptur Uteri : Memerlukan tindakan bedah segera untuk menghentikan perdarahan dan menyelamatkan nyawa ibu dan janin.
– Vasa Previa : Penanganan melibatkan kelahiran segera melalui sectio caesarea jika perdarahan terjadi sebelum kelahiran.

READ  Mengenali tanda persalinan mendekat

4. Perawatan Psikologis :
– Berikan dukungan emosional yang cukup untuk ibu dan keluarganya selama proses pemeriksaan dan penanganan.
– Jelaskan kondisi dan prosedur yang akan dilakukan dengan bahasa yang mudah dipahami untuk mengurangi kecemasan.

Kolaborasi Multidisipliner

Kolaborasi dengan tim medis lainnya seperti dokter spesialis obstetri dan ginekologi, perawat, anestesiologis, dan petugas laboratorium sangat crucial. Selain itu, bila diperlukan, unit perawatan intensif (ICU) juga harus disiapkan untuk menangani kasus yang memerlukan perawatan lebih intensif.

Pencegahan dan Edukasi

Penting untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap risiko pendarahan antepartum dengan cara:

– Pendidikan Antenatal : Memberikan edukasi yang memadai tentang tanda-tanda bahaya kehamilan, termasuk pendarahan antepartum kepada ibu hamil.
– Pemeriksaan Kehamilan Rutin : Mengajurkan pemeriksaan prenatal secara rutin untuk mendeteksi dini adanya risiko.
– Manajemen Risiko : Mengidentifikasi ibu hamil dengan risiko tinggi seperti riwayat plasenta previa atau operasi caesar sebelumnya dan memberikan penanganan yang tepat.

Kesimpulan

Pendarahan antepartum adalah kondisi medis yang serius dan memerlukan penanganan segera dan tepat. Asuhan kebidanan harus dilakukan secara komprehensif dengan pendekatan multidisipliner untuk memastikan keselamatan ibu dan janin. Diagnosis yang tepat, stabilisasi kondisi ibu, monitoring berlanjut, dan intervensi berdasarkan penyebab adalah bagian penting dari asuhan kebidanan. Edukasi dan pemeriksaan kehamilan rutin juga memainkan peran penting dalam mencegah dan mengurangi risiko pendarahan antepartum. Dengan penanganan yang tepat dan terkoordinasi, outcome yang baik bagi ibu dan janin dapat dicapai.

Tinggalkan komentar