Asuhan Kebidanan pada Kasus Abortus
Abortus atau keguguran adalah terminasi kehamilan sebelum janin mencapai kemampuan hidup di luar rahim, umumnya sebelum usia kehamilan 20 minggu. Insiden abortus cukup tinggi, diperkirakan 10-20% dari semua kehamilan yang diketahui berakhir dengan abortus. Asuhan kebidanan pada kasus abortus sangat penting untuk mengurangi komplikasi dan menyokong kesehatan fisik dan mental ibu yang mengalaminya.
Jenis-jenis Abortus
Abortus dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan kronologi dan penyebabnya:
1. Abortus Imminens: Kondisi ini merujuk pada ancaman keguguran di mana ada perdarahan vaginal tanpa dilatasi serviks. Janin masih hidup dan implantasinya masih baik.
2. Abortus Insipiens: Abortus yang sedang berlangsung di mana terjadi perdarahan yang hebat dan dilatasi serviks.
3. Abortus Inkomplet: Keguguran tidak lengkap di mana sebagian jaringan kehamilan masih tertinggal di dalam rahim.
4. Abortus Komplet: Seluruh jaringan kehamilan keluar dari rahim, dan proses keguguran dianggap selesai.
5. Abortus Missed: Janin meninggal di dalam rahim tetapi tidak ada tanda-tanda keguguran (seperti perdarahan atau kontraksi).
6. Abortus Septik: Keguguran yang disertai dengan infeksi pada rahim atau saluran reproduksi lainnya.
Penatalaksanaan Abortus
1. Pengkajian
Pengkajian diawali dengan anamnesis untuk mendapatkan informasi tentang riwayat kehamilan, keluhan yang dirasakan, dan situasi saat ini. Beberapa aspek yang harus diperhatikan meliputi:
– Perdarahan: Volume, warna, ada tidaknya jaringan yang keluar.
– Nyeri: Intensitas, lokasi, dan karakter rasa nyeri.
– Riwayat Obstetri: Apakah pernah mengalami abortus sebelumnya, jumlah anak, metode kontrasepsi yang digunakan.
– Riwayat Penyakit yang Menyertai: Penyakit kronis yang dapat mempengaruhi kehamilan seperti diabetes, hipertensi.
– Pemeriksaan Fisik dan Penunjang: Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan urin, hemoglobin, dan pemeriksaan USG untuk mengevaluasi kondisi janin dan rahim.
2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa keperawatan umum yang mungkin muncul pada pasien dengan abortus meliputi:
– Risiko infeksi berhubungan dengan sisa jaringan kehamilan dalam rahim.
– Gangguan nyeri akut berhubungan dengan kontraksi rahim dan pengeluaran jaringan.
– Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang hebat.
3. Intervensi
Intervensi kebidanan dalam penatalaksanaan abortus dapat beragam tergantung jenis abortus dan kondisi ibu. Beberapa tindakan yang biasa diberikan meliputi:
Abortus Imminens
– Istirahat Total: Mengusulkan ibu untuk bed rest dan menghindari aktivitas fisik yang berat.
– Medikasi: Penggunaan obat-obatan seperti progesteron untuk membantu mempertahankan kehamilan.
– Pemeriksaan Rutin: Pemantauan ketat melalui pemeriksaan USG untuk memastikan kondisi janin.
Abortus Inkomplet atau Missed
– Dilatasi dan Kuretase (D&C): Prosedur ini untuk mengeluarkan sisa jaringan kehamilan dari rahim.
– Medikasi: Penggunaan obat-obatan misoprostol untuk merangsang kontraksi rahim agar sisa jaringan dapat dikeluarkan secara alami.
– Antibiotik: Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
Abortus Septik
– Antibiotik: Terapi antibiotik yang agresif harus segera dimulai.
– Pengelolaan Cairan dan Elektrolit: Infus cairan untuk mempertahankan volume darah dan keseimbangan elektrolit.
– Pengeluaran Jaringan: Prosedur kirurgis seperti D&C mungkin diperlukan untuk mengeluarkan jaringan yang terinfeksi.
– Monitoring Ketat: Pemantauan tanda-tanda vital dan fungsi organ untuk mendeteksi dini sepsis atau perburukan kondisi.
Abortus Komplet
– Observasi: Pengawasan untuk memastikan semua jaringan keluar dari rahim dan tidak ada komplikasi lebih lanjut.
– Dukungan Psikologis: Memberikan dukungan emosional dan konseling karena kehilangan kehamilan bisa menjadi pengalaman yang sangat traumatis.
4. Edukasi dan Penyuluhan
Edukasi adalah komponen penting dalam asuhan kebidanan pada kasus abortus. Beberapa poin edukasi yang perlu disampaikan meliputi:
– Kebersihan: Menjaga kebersihan genitalia untuk menghindari infeksi.
– Pantangan Aktivitas: Menghindari hubungan seksual dan aktivitas berat selama masa pemulihan.
– Tanda-tanda Bahaya: Menginformasikan kapan harus segera ke rumah sakit, seperti jika terjadi perdarahan yang banyak, demam, atau nyeri hebat.
– Kontrasepsi: Konseling tentang rencana kehamilan berikutnya dan penggunaan kontrasepsi yang aman.
– Dukungan Psikologis: Memberikan informasi tentang sumber daya dukungan psikologis yang tersedia.
5. Dukungan Psikologis
Abortus adalah pengalaman yang emosional dan traumatis bagi banyak perempuan. Oleh karena itu, dukungan psikologis adalah bagian integral dari asuhan kebidanan. Langkah-langkah yang bisa diambil meliputi:
– Komunikasi yang Empatik: Membangun komunikasi yang sensitif dan empatik untuk mendengarkan perasaan dan keluhan pasien.
– Konseling: Memberikan konseling psikologis jika diperlukan, dan merujuk ke psikolog atau psikiater jika ditemukan tanda-tanda depresi atau kecemasan yang berlebihan.
– Dukungan Keluarga: Mengedukasi keluarga tentang kondisi pasien dan pentingnya dukungan moral dari anggota keluarga.
Kesimpulan
Asuhan kebidanan pada kasus abortus memerlukan pendekatan yang komprehensif dan holistik. Melalui pengkajian yang mendetail, intervensi medis yang tepat, edukasi, dan dukungan psikologis, bidan dapat memainkan peran penting dalam meminimalkan komplikasi dan membantu ibu dalam proses pemulihan fisik dan emosional. Penanganan yang tepat dan cepat sangat diperlukan untuk memastikan kesehatan dan kesejahteraan ibu serta memberikan dukungan yang dibutuhkan untuk menghadapi pengalaman yang traumatis ini.