fbpx

Arus Listrik, Hambatan Ohmik dan non-Ohmik

Arus listrik adalah aliran muatan listrik dari satu titik ke titik lain dalam suatu konduktor atau bahan lain. Arus listrik diukur dalam satuan Ampere (A) dan biasanya disimbolkan dengan I. Arus listrik adalah produk dari muatan dan waktu, atau I = q/t di mana q adalah muatan listrik dan t adalah waktu.

Arus dapat bersifat langsung (Direct Current, DC) di mana arus mengalir dalam satu arah saja, atau bolak-balik (Alternating Current, AC) di mana arus berubah arah secara periodik. Arus DC biasanya dihasilkan oleh sumber seperti baterai atau sel, sedangkan arus AC adalah bentuk arus yang dipasok ke rumah dan bisnis.

Dalam konteks arus listrik, hambatan adalah penghalang terhadap aliran arus. Hambatan diukur dalam satuan Ohm (Ω) dan disimbolkan dengan R. Hambatan suatu komponen dapat dihitung menggunakan hukum Ohm, V = IxR, di mana V adalah tegangan dan I adalah arus.

Hambatan Ohmik dan non-Ohmik merujuk pada dua jenis perilaku hambatan yang berbeda dalam bahan. Bahan Ohmik mengikuti hukum Ohm, yang berarti hambatan mereka konstan di seluruh rentang tegangan dan arus. Konduktor logam seperti tembaga dan perak adalah contoh bahan Ohmik.

Sebaliknya, bahan non-Ohmik tidak mengikuti hukum Ohm. Hambatan mereka berubah dengan perubahan tegangan atau arus. Semikonduktor seperti silikon dan germanium adalah contoh bahan non-Ohmik. Dioda dan transistor, yang merupakan komponen penting dalam elektronika, juga menunjukkan perilaku non-Ohmik.

Dalam bahan Ohmik, hambatan umumnya meningkat dengan peningkatan suhu, karena peningkatan suhu menyebabkan peningkatan aktivitas dan getaran atom, yang mengganggu aliran elektron dan oleh karena itu meningkatkan hambatan. Namun, dalam beberapa bahan non-Ohmik seperti semikonduktor, peningkatan suhu dapat menurunkan hambatan karena lebih banyak elektron tersedia untuk konduksi.

Memahami perbedaan antara hambatan Ohmik dan non-Ohmik sangat penting dalam aplikasi praktis elektronika dan teknologi listrik. Misalnya, bahan semikonduktor dengan perilaku hambatan non-Ohmik digunakan dalam pembuatan chip dan komponen elektronik lainnya. Sebaliknya, bahan Ohmik sering digunakan dalam aplikasi di mana hambatan yang konstan dan dapat diprediksi sangat diinginkan, seperti dalam pemanas listrik dan resistor.

BACA JUGA  Soal Tryout 2 Ujian Akhir Semester 5 Kurikulum 2013 dan Pembahasan

Pertanyaan konseptual dan jawaban tentang Arus Listrik, Hambatan Ohmik, dan Non-Ohmik

  1. Soal: Apa yang dimaksud dengan arus listrik dan bagaimana mengukur arus listrik?

    Pembahasan: Arus listrik adalah aliran muatan listrik dari satu titik ke titik lain dalam suatu konduktor atau bahan lain. Arus listrik diukur dalam satuan Ampere (A) dengan alat ukur bernama amperemeter.

  2. Soal: Apa perbedaan antara arus DC dan AC?

    Pembahasan: Arus DC adalah arus yang mengalir dalam satu arah saja, sedangkan arus AC adalah arus yang berubah arah secara periodik. Arus DC biasanya dihasilkan oleh sumber seperti baterai atau sel, sedangkan arus AC adalah bentuk arus yang dipasok ke rumah dan bisnis.

  3. Soal: Apa itu hambatan dalam konteks arus listrik dan bagaimana mengukurnya?

    Pembahasan: Hambatan adalah penghalang terhadap aliran arus listrik. Hambatan diukur dalam satuan Ohm (Ω) dengan alat ukur bernama ohmmeter.

  4. Soal: Jelaskan hukum Ohm dan bagaimana hukum tersebut digunakan untuk menghitung hambatan.

    Pembahasan: Hukum Ohm menyatakan bahwa tegangan yang dialiri suatu komponen adalah produk dari arus yang melaluinya dan hambatan komponen tersebut. Hukum ini dapat digunakan untuk menghitung hambatan dengan rumus R = V/I, di mana R adalah hambatan, V adalah tegangan, dan I adalah arus.

  5. Soal: Apa perbedaan antara bahan Ohmik dan non-Ohmik?

    Pembahasan: Bahan Ohmik mengikuti hukum Ohm, yang berarti hambatan mereka konstan di seluruh rentang tegangan dan arus. Sebaliknya, bahan non-Ohmik tidak mengikuti hukum Ohm. Hambatan mereka berubah dengan perubahan tegangan atau arus.

  6. Soal: Berikan contoh bahan Ohmik dan non-Ohmik.

    Pembahasan: Konduktor logam seperti tembaga dan perak adalah contoh bahan Ohmik. Semikonduktor seperti silikon dan germanium adalah contoh bahan non-Ohmik.

  7. Soal: Bagaimana suhu mempengaruhi hambatan dalam bahan Ohmik dan non-Ohmik?

    Pembahasan: Dalam bahan Ohmik, hambatan umumnya meningkat dengan peningkatan suhu, karena peningkatan suhu menyebabkan peningkatan aktivitas dan getaran atom, yang mengganggu aliran elektron dan oleh karena itu meningkatkan hambatan. Namun, dalam beberapa bahan non-Ohmik seperti semikonduktor, peningkatan suhu dapat menurunkan hambatan karena lebih banyak elektron tersedia untuk konduksi.

  8. Soal: Apa fungsi resistor dalam rangkaian listrik?

    Pembahasan: Resistor adalah komponen yang digunakan untuk membatasi arus listrik dalam suatu rangkaian. Resistor memberikan hambatan pada aliran arus, yang membantu melindungi komponen lain dalam rangkaian dari arus yang berlebihan.

  9. Soal: Bagaimana dioda bekerja dan apa hubungannya dengan konsep hambatan non-Ohmik?

    Pembahasan: Dioda adalah komponen semikonduktor yang memungkinkan arus listrik mengalir dalam satu arah saja. Ini berarti dioda memiliki hambatan yang rendah dalam satu arah dan hambatan yang tinggi dalam arah yang berlawanan, yang membuatnya berperilaku seperti bahan non-Ohmik.

  10. Soal: Mengapa bahan semikonduktor penting dalam elektronika modern?

Pembahasan: Bahan semikonduktor sangat penting dalam elektronika modern karena mereka memungkinkan kontrol presisi atas hambatan dan oleh karena itu arus dan tegangan dalam suatu rangkaian. Hal ini memungkinkan pembuatan berbagai perangkat seperti dioda, transistor, dan chip terintegrasi.

Pertanyaan soal hitungan dan pembahasan tentang Arus Listrik, Hambatan Ohmik, dan Non-Ohmik

  1. Soal: Sebuah hambatan 5 Ω dilalui oleh arus sebesar 2 A. Berapa tegangan yang diperlukan?

    Pembahasan: Menggunakan hukum Ohm V = IxR, kita dapat menghitung V = 2 A x 5 Ω = 10 V.

  2. Soal: Berapa arus yang melalui rangkaian jika tegangan yang dialiri adalah 12 V dan hambatan adalah 3 Ω?

    Pembahasan: Menggunakan hukum Ohm I = V/R, kita dapat menghitung I = 12 V / 3 Ω = 4 A.

  3. Soal: Jika sebuah lampu yang memiliki hambatan 60 Ω dinyalakan dengan menggunakan tegangan 120 V, berapa arus yang melalui lampu tersebut?

    Pembahasan: Menggunakan hukum Ohm I = V/R, kita dapat menghitung I = 120 V / 60 Ω = 2 A.

  4. Soal: Sebuah rangkaian memiliki tegangan 24 V dan arus 4 A. Apa hambatan dalam rangkaian tersebut?

    Pembahasan: Menggunakan hukum Ohm R = V/I, kita dapat menghitung R = 24 V / 4 A = 6 Ω.

  5. Soal: Sebuah elemen pemanas memiliki hambatan 30 Ω dan dialiri arus 5 A. Berapa daya yang digunakan oleh elemen pemanas tersebut?

    Pembahasan: Daya bisa dihitung dengan rumus P = IxV. Pertama, hitung tegangan dengan hukum Ohm V = IxR = 5 A x 30 Ω = 150 V. Kemudian, hitung daya P = IxV = 5 A x 150 V = 750 W.

  6. Soal: Sebuah mesin memiliki hambatan 10 Ω dan menggunakan daya sebesar 500 W saat arus 5 A melaluinya. Benarkah pernyataan tersebut?

    Pembahasan: Pertama, hitung tegangan dengan hukum Ohm V = IxR = 5 A x 10 Ω = 50 V. Kemudian, hitung daya P = IxV = 5 A x 50 V = 250 W. Sehingga, pernyataan tersebut tidak benar karena daya yang dihasilkan adalah 250 W, bukan 500 W.

  7. Soal: Sebuah mesin listrik beroperasi pada tegangan 220 V dan hambatan 44 Ω. Berapa arus yang melalui mesin?

    Pembahasan: Menggunakan hukum Ohm I = V/R, kita dapat menghitung I = 220 V / 44 Ω = 5 A.

  8. Soal: Sebuah pemanas listrik memiliki hambatan 50 Ω dan menggunakan daya 600 W. Berapa tegangan yang diperlukan untuk menjalankan pemanas?

    Pembahasan: Pertama, hitung arus dengan rumus I = P/V. Karena P = 600 W dan V = IxR, maka I = P/R = 600 W / 50 Ω = 12 A. Kemudian, hitung tegangan V = IxR = 12 A x 50 Ω = 600 V.

  9. Soal: Sebuah baterai 12 V mengalirkan arus sebesar 0.5 A ke rangkaian. Berapa hambatan total rangkaian tersebut?

    Pembahasan: Menggunakan hukum Ohm R = V/I, kita dapat menghitung R = 12 V / 0.5 A = 24 Ω.

  10. Soal: Berapa daya yang dipakai sebuah lampu jika lampu tersebut dialiri arus sebesar 2 A dan memiliki hambatan 10 Ω?

Pembahasan: Pertama, hitung tegangan dengan hukum Ohm V = IxR = 2 A x 10 Ω = 20 V. Kemudian, hitung daya P = IxV = 2 A x 20 V = 40 W.

Print Friendly, PDF & Email

Eksplorasi konten lain dari Fisika SMA

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca